Jumat, 08 November 2013

Wedding Ring: it is called Kalpika Tresna

Wedding Ring
Sumber

Wedding ring atau sesupe seser adalah salah satu aitem paningset. Bentuknya berupa cincin tanpa mata, tanpa ujung pangkal maupun pembatas. Itu versi aslinya. Kalau sekarang sih modelnya udah macem-macem. Cincin ini jika dikenakan di jari manis kiri disebut ngrasuk kalpika. Jika dipakai di jari manis kanan disebut kalpika tresna. Banyak pasangan yang mendahulukan cincin dalam persiapan pernikahannya. Inginku pun seperti itu, mengingat proses pembuatan cincin memakan waktu cukup lama. Namun setelah melalui berbagai drama (halaah), kami baru bisa benar-benar mencari cincin setelah harinya mepet, kurang 1,5bulan dari hari pernikahan. 




Mendapatkan cincin yang sesuai dengan harapan ternyata tidak semudah yang aku bayangkan, meski spesifikasi yang kami inginkan cukup simpel: cincin dengan bahan yang sama. Mojo tidak boleh mengenakan perhiasan emas, jadi kami cari alternatif lain yaitu perak, platinum, atau paladium. Platinum jelas terlalu mahal untuk kami, jadi opsinya tinggal perak atau paladium. Kami akhirnya putuskan akan pakai paladium. Toko-toko emas yang ada di Jogja, yang pernah aku kunjungi, ternyata tidak menerima pembuatan cincin platinum maupun paladium. Menurut keterangan seorang teman yang punya bisnis cincin perak di Kotagede, kedua logam ini sangat keras dan sulit dibentuk, maka kebanyakan pengrajin enggan membuatnya. Kebanyakan warna putih perhiasan tsb adalah emas kuning yang diwarnai putih, melalui pencampuran dengan logam tertentu. Hasil googling mengarahkan kami pada beberapa toko di Kotagede yang menyediakan cincin paladium. Kami pun datangi satu per satu toko-toko itu. Namun setelah kami lihat barang riilnya, sangat berbeda dengan foto produk di onlinenya. Kenyataannya produk-produk tersebut tidak rapi. Maka dari itu, sebisa mungkin selalu lihat barang aslinya. Teliti hasil karya yang sudah pernah dibuat, bandingkan dengan foto contohnya.

Belum tentu aslinya secakep ini.
Sumber


Kebanyakan pengrajin menyediakan mata/batunya adalah zirconia sebagai pilihan. FYI, zirconia merupakan batu sintetis/artifisial. Kalau kata si Om owner toko Cinderamata di Pecinan Magelang (jual berbagai batu mulia, ownernya ramah dan mengedukasi sekali) sih, "Kalau zirconia tu ya cuma beling." 

Karena waktu mepet dan pencarian kami tidak mendapat hasil, kami berdua sepakat mengganti bahan cincin dengan perak dan akan mencoba ke penjual cincin "bermerk" yang ada di mall-mall. Kami juga sudah curhat ke Mamanya Mojo. Kami kemudian diberi rekomendasi ke toko Al Mukhlis di daerah Umbulharjo. Ownernya merupakan sesama anggota IWAPI dan langganan Mamanya Mojo kalau bikin perhiasan perak. 

Hari Minggu itu akhirnya kami ke Malioboro Mall terlebih dahulu dan mendatangi beberapa tempat yang menjual cincin kawin. Pertama kami ke stand perhiasan silver apalah namanya dan PLG yang bersebelahan. Namun kami hanya sebentar di sana karena mbak-mbak pramuniaganya malah sibuk ngobrol, dan kami dicuekin (muka-muka orang ngga beli kali ya? :p). Kemudian kami ke lantai 2 memasuki sebuah toko perhiasan juga, namun sayang mereka hanya menyediakan emas saja. Setelah dari Malioboro Mall, kami langsung menuju Al Mukhlis. Rekomendasi Mama Mojo tidak sia-sia. Perhiasan buatan mereka relatif lebih rapih dan kami juga mendapat harga spesial. Selesai memilih model, kami menanyakan soal batu yang digunakan, apakah bisa pesan batu "beneran". Ternyata di situ pun tidak menyediakan batu, hanya ada zirconia saja. Akhirnya kami tetap memesan namun batunya cari sendiri. Rasanya sedikit lega sudah dapat cincin, meski belum dapat batu.

Perburuan selanjutnya adalah mencari batu. Toko-toko yang pernah kami kunjungi tidak menjual batu saja, harus dengan cincinnya, jadi agak bingung mau cari ke mana. Kami coba ke Toko Cinderamata yang kusebut sebelumnya. Ada banyak batu cantik di sana, hanya saja ukurannya terlalu besar untuk cincin kawin. Ada yang kecil dan sudah cutting-an tapi warnanya biru. Kami tidak suka. Konon di utara Pasar Ngasem ada penjual batu, namun sayangnya kami datang ke sana pas tanggal 1 Suro, yang merupakan tahun barunya orang Jawa. Tentu saja mereka tutup, libur. 

Di sela-sela perburuan batu itu, aku merengek minta dibelikan pankek duren ke Mojo. Dan yeay, Mojo setuju dan mengarahkan kendaraan kami ke Moi Kitchen di Yap Square. Selesai makan pankek duren dan tidak menghabiskan apple pie, Mojo mengajakku untuk coba mampir ke Joy Wedding Ring Specialist yang terletak di seberang tempat kami makan. Awalnya aku agak enggan karena pasti lagi-lagi mereka hanya mau jual cincin emas+batu. Tapi ya sudahlah, nothing to lose.

Joy Wedding Ring Specialist merupakan grup Seven Billion Shines, mereka jualan berlian. Begitu masuk, kami disambut oleh mbak Anna, pramuniaga yang sangat ramah dan telaten melayani pertanyaan kami. Setelah beberapa saat di sana, kami mulai tergoda melihat hasil pekerjaan mereka yang memang sangat rapi. 
Singkat cerita, akhirnya kami tergoda dan memutuskan untuk memesan cincin lagi di Joy. Yang dari Al Mukhlis biarlah nanti disimpan aja hehe.. 

Sumber

Cincin yang kami pesan di Joy berupa sepasang cincin perak dengan lapisan doff kasar, jadi hasil akhirnya tidak mengkilap. Untuk cincinku menggunakan 4 buah batu berlian bulat, sedangkan punya Mojo menggnakan sebuah batu berlian bulat. Jenis berlian yang kami pilih adalah batu berlian hitam atau black diamond. Kenapa black diamond? Hmm terdengar lebih gahar aja, ngga mainstream. Hahaha.. 
Sekarang tinggal tunggu waktu sampai cincinnya jadi. Semoga keren hasilnya.

Note: -Sebaiknya gramasi cincin jangan terlalu kecil. Jika gramasi kecil, maka hasilnya tipis sehingga kurang bagus saat dilihat. Namun juga jangan terlalu tebal karena akan mempengaruhi kenyamanan saat dipakai. Bakal dipakai tiap hari lho..
-Cincin kawin, terutama dengan bahan lunak seperti emas atau perak membutuhkan perawatan. Ada baiknya diservis ke toko belinya setahun sekali-dua kali untuk menjaga keindahannya. Cincinku sendiri sudah 6 bulan dan mulai nampak lecet-lecet. 
-Saat memesan cincin dengan batu, apalagi batu mulia, pastikan pengrajin memasang batunya dengan kuat. Kan ngga lucu kalo batunya copot waktu nebahi kasur :p 

Updaatee...

Bagi yang penasaran sama cincin kawin kami, inilah hasilnyaaa..

Maap poto seadanya. Hehehe..
Modelnya relatif sederhana supaya perawatannya tidak terlalu merepotkan.
Finishingnya juga tidak glossy agar tidak cepat kusam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar