Jumat, 08 November 2013

Wedding Ring: it is called Kalpika Tresna

Wedding Ring
Sumber

Wedding ring atau sesupe seser adalah salah satu aitem paningset. Bentuknya berupa cincin tanpa mata, tanpa ujung pangkal maupun pembatas. Itu versi aslinya. Kalau sekarang sih modelnya udah macem-macem. Cincin ini jika dikenakan di jari manis kiri disebut ngrasuk kalpika. Jika dipakai di jari manis kanan disebut kalpika tresna. Banyak pasangan yang mendahulukan cincin dalam persiapan pernikahannya. Inginku pun seperti itu, mengingat proses pembuatan cincin memakan waktu cukup lama. Namun setelah melalui berbagai drama (halaah), kami baru bisa benar-benar mencari cincin setelah harinya mepet, kurang 1,5bulan dari hari pernikahan. 

Senin, 02 September 2013

Vendor Fotografi Pernikahan di Jogja, Magelang, dan sekitarnya

Tumbenan baru on-fire banget nulis, jadi tancap gas bikin dua posting sekaligus. Kali ini aku akan mengulas beberapa vendor fotografi pernikahan yang sempet aku survey beberapa bulan yang lalu.
# Mata Angin - Jogja. Lokasinya di Jl. Ahmad Dahlan, tepatnya di sebelah timurnya PKU Muhammadiyah/baratnya nol kilometer. Ownernya bernama mas Haris. Kami pertama bertemu saat wedding expo di Mal Malioboro. Karena vendor ini yang pertama kali aku dan Mojo temui, otomatis patokannya jadi ke sini semua. Hasilnya menurut Mojo (yang bawel banget soal foto) bagus. Pemilihan angle, ketelitian, pengambilan detail, pencahayaan, dll semua bagus. Mas Haris sendiri orangnya perfeksionis, jadi dia mau semua hasil kerjanya ngga asal-asalan. Jenis paketannya ngga banyak, dan Mata Angin ngga menyediakan layanan photobooth. Aku lupa harga paketnya, kalau ngga salah paket untuk dua hari acara sekitar 8-12jutaan dan transport untuk ke Magelang kena 500ribuan. Mungkin karena faktor takdir akhirnya kami tidak berjodoh hehe.. karena sebenernya mereka udah perfect banget kombinasi harga dan kualitasnya.
#Agatha Photo. Vendor foto yang cukup berumur dan tersohor di Jogja. Nama besarnya sudah sering ku dengar. Sayang, saat melihat portofolio mereka di wedding expo yang sama dengan Mata Angin, hasilnya lebih bagus Mata Angin. Mungkin seperti kebanyakan jasa fotografi senior, yang berangkat ke lapangan fotografer baru. Jadi yaa gitu deh.. hasilnya ngga sebesar merknya.
#Colorful. Lokasi di sebrangnya XXI Jl.Solo. Kebetulan ownernya adalah temenku, namanya Danto. Berawal dari hobi, akhirnya Colorful ini sekarang jadi pemain besar di Jogja, bahkan udah buka di Jakarta juga. Ciri khas dari vendor ini adalah atmosfer "ceria" yang muncul dari gambarnya. Untuk harga paketannya, mulai dari 2jt dengan isi paket yang tentunya seadanya hingga berapa ya? Aku lupa hehe.. yang jelas jam terbang fotografer dan konten akan menyesuaikan dengan harganya. Aku sih suka-suka aja liatnya, cheerful gitu.. tapi Mojo ga suka angle2nya.
#Gibran Exclusive Photography- Jogja. Terletak di Jl.Monjali. Paketan dua hari kalau ga salah sih 15Jutaan. Sebenernya aku beberapa kali pakai jasa mereka, waktu wisuda dan foto couple, bagus sih.. sayangnya mereka ga banyak portofolio wedding.
#Exotic - Jogja. Lokasi di Seturan, sebrangnya STIE YKPN. Eemmm..ga tega sebenernya mau ngulas studio ini. Billboardnya doang yang gede, tapi perbandingan harga dan hasilnya, IMO, sangat overpriced. Kalau interior kantornya sih bagus banget, cuma waktu buka albumnya err.. aku cuma bisa lirik-lirikan sama adekku saat ngeliat hasil foto layaknya pernikahan di tahun 90an. Udah ah itu aja. Neexxt....
# Pak Jepret Photography - Jogja. Ini nih vendor kami. Secara umum mereka oke, hasil dan harganya. Harga paketannya mulai 6jutaan. Salah satu nilai plus vendor ini adalah ownernya ramah banget dan detail-detail yang kami mau bisa mereka fasilitasi. Kebetulan ownernya adalah (dulunya) anak Fisipol UGM, temen-temennya Mojo. Sejak awal kami berdua ingin difoto oleh teman sendiri. Niat ini sempat kami urungkan (makanya terus cari vendor lain) karena mereka sudah punya agenda di hari pernikahan kami. Tapi memang namanya jodoh tak kan ke mana. Akhirnya hari pernikahanku diabadikan oleh Mojo's besties  :D . Betapa senangnya.
#Getmy Photoworks - Magelang. Nama ownernya mas Getmy, orangnya ramah dan menyenangkan diajak ngobrol. Kalau mau cari jasa fotografi oke dengan budget terbatas, aku akan merekomendasikan vendor ini. Hasil portofolionya cukup bagus. Untuk pre-wedding pun, mas Getmy cukup "berani" memberikan konsep yang unik.  Lokasinya di Kebonpolo, seberangnya Alfamart.
Note: aku suka hasil foto lanskapnya beliau. Cakep-cakep.
# The Photoworks - Magelang. Awalnya liat hasil mereka di cover wedding video saat survey vendor video di Mahami (Bayeman). Karena menurutku fotonya keren banget, akhirnya aku tanya vendor fotonya dari mana. Akhirnya dapet kontaknya mas Gepy dan bikin appointment. Waktu ngobrol asik banget dan orangnya ramah. Hasil fotonya pun keren banget. Bedanya sama Mata Angin, kalau MA itu gayanya lebih priyayi dan kalau Photoworks itu lebih masa kini. Mereka berdua keren dengan gayanya masing-masing. Soal harga, ada di kisaran 10jt. Harga standar untuk hasil terbaik. Sedikit sedih sih akhirnya ngga jadi pake mereka, tp mungkin di lain kesempatan bisa berjodoh  :)
Note: Foto studionya asik banget. Aku berkali-kali foto di sana. Ngga mahal, dilenongin sampe cantik ama mbak Puri, permainan cahaya dan bayangan yang bikin foto terkesan elegan, dan yang paling penting kru yg motret asik bikin kita santai dan ekspresif.
#The Photosive - Magelang. Ini adalah grupnya The Photoworks juga. Beda gaya, kalo kata mas Gepy. Hehe.. ya itu bahasa yang lebih halus untuk merujuk segmen pasar lainnya. Intinya Photosive ini harganya di bawah Photoworks.
Bersambung kapan-kapan kalau udah inget harga-harganya lagi. Semoga bermanfaat  ;)

Jumat, 16 Agustus 2013

Vendor Dokumentasi: Make it Everlast

Bete banget mau nulis posting dokumentasi ini. Gara-garanya beberapa hari yang lalu udah nuliiiss banyaaakk.. sampai mau selesai, eehh.. filenya ilang. Setelah tragedi itu jadi bawaannya bete aja ~>_<~.
Daripada ntar moodnya keburu ilang, langsung ke pokok permasalahan aja deh. Di bawah ini aku sebutin apa aja langkah-langkahku dalam memilih vendor dokumentasi.
1. Survey. Jelas ini penting untuk menambah khazanah pervendoran. Vendor dokumentasi adalah vendor yang hasilnya bakal dinikmati sepanjang masa, jadi biasanya soal selera lebih dibicarakan dibanding hanya sekedar rupiah. Itu kalo pola pikir pengantennya sih, kalo orang tua sebagai pemangku hajat dan pemangku dana sih tetep katering nomor satu hehe.. kembali ke topik: banyak-banyaklah cari referensi tentang vendor dokumentasi. Pencarian vendor bisa berdasar lokasi (cari vendor yg berasal dari kota tertentu) atau bisa jg berdasar taste (lokasinya bisa mana aja). Surveynya bisa dengan masuk ke tiap studio foto satu per satu, survey via Facebook, Google, Instagram, dll, datang ke Wedding Expo, survey ke temen atau kerabat yang habis nikah, atau cara apapun lah..
2. Sort them. Setelah survey dan udah ngumpulin segepok brosur, sekarang tinggal disortir. Penyortiran bisa dilakukan berdasar budget (duit lagii, duit lagii..) atau berdasarkan taste. Aku sendiri di awal sudah mematok kisaran alokasi dana. Tapi aku dan Mojo juga sudah punya beberapa kriteria yang akan aku sebutkan kemudian.
3. Selalu lihat hasil cetak vendor fotografi. Jika sudah ada beberapa yang diminati, jangan malas untuk melihat hasil cetak mereka. Hasil digital yang dilihat di web maupun Facebook tidak selalu sama bagusnya dengan hasil cetak. Apalagi kalau yang pake edit-edit latar dan efek aneh-aneh(biasanya di foto pre wedding ). Sekalian bisa dilihat kualitas cetakan. Tanyakan juga berapa hasil cetak yang akan kita dapatkan. Jenis album yang berbeda dan ukuran yang berbeda bisa bikin harga paketan berubah banget.
4. Lihat isi albumnya. Setelah melihat secara fisik hasil cetaknya, amati contentnya. Pada dasarnya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, alur dokumentasi upacara. Namanya saja dokumentasi, tentunya saat melihat album kita jadi seperti membaca buku cerita. Ada alur dan kronologi ceritanya. Bagaimana awal mula siraman, midodareni, hingga panggih, dst. Foto-fotonya menunjukkan jalan cerita yang runtut. Kedua, perhatikan foto keluarga. Pada saat resepsi tentu ada sesi foto keluarga maupun tamu bersama mempelai di pelaminan. Perhatikan keserasian dan posisinya. Apakah si pakdhe kurang miring ke kanan, si tante merem matanya, sepupu A matanya red-eye, dan hal-hal lain yang menggangu estetika foto keluarga tersebut. Yang terakhir kaitannya dengan "mengabadikan keindahan". Apakah orang tua yang terlihat bahagia, pengantin yang cantik, upacara yang khidmat, dan dekorasi yang megah bisa "terlihat" di dokumentasi tersebut.
5. Cari tahu reputasi vendor. Reputasi ini bisa dalam hal apapun, tergantung masing-masing orang. Bisa jadi berkaitan dengan deadline hasil jadi, jumlah SDM, kualitas hasil, dll. Aku pernah mengurungkan niat untuk mengambil sebuah vendor fotografi, karena dengar cerita sang vendor tiba-tiba ngga sanggup trus diganti dengan "temannya".
Itu beberapa pertimbanganku dalam memilih vendor fotografi. Untuk videografi sendiri aku ngga terlalu rewel, jadi ngga terlalu ngoyo banget carinya. Cukup paketan dari foto aja hehe..
That's all..  semoga bermanfaat bagi teman-teman capeng yang sedang berburu vendor dokumentasi  o∩_∩o

Senin, 10 Juni 2013

Vendor Katering: Budget vs Rasa vs Tampilan

Aaahh Thank Goooodddd... akhirnya udah kasi DP vendor katering setelah sekian lama semedi pilih pilih yang sesuai di hati, di kantong, di mata, dan tentu aja.. di lidah hehe.. 


Konon katanya, hal yang paling penting dalam sebuah pesta resepsi adalah makanan. Karena makanan adalah wujud penghormatan tuan rumah terhadap tamu yang hadir. Memang, makanan yang disajikan tidak perlu selalu mewah dan mahal , yang penting adalah pantas dan cukup jumlahnya. Begitu pentingnya jamuan untuk tamu, proses pemilihan vendor katering ini membutuhkan perhatian khusus yang berbeda dengan vendor lain. 

Ada beberapa hal yang aku jadikan patokan dalam memilih vendor katering:

1. Harga 
Makanan merupakan porsi terbesar dalam komposisi budget pesta pernikahan. Untuk menjaga dana yang ada mengalir right on track, maka aku harus ketat dalam memilih vendor katering dari aspek harga. Selisih Rp10.000/porsi artinya adalah Rp20.000.000 jika kita mengundang 2000 tamu. Ehm, big money, eh

2. Reputasi
Aspek ini ngga kalah penting dari aspek harga, dan menurutku jauh lebih penting dari aspek rasa. Kenapa? Karena tidak ada artinya makanan selezat apapun jika belum setengah jalan acara namun makanan sudah habis, atau banyak sisa makanan berceceran di lantai. Tidak jarang kutemui ada katering yang membawa perabot makan yang tidak sesuai dengan jumlah porsi, sehingga ada adegan cuci piring dan gelas. Kalau bisa hindari katering semacam ini. Reputasi katering meliputi: Kemampuan menghitung makanan dan perabot makan, kejujuran, kebersihan, kontrol di lapangan, dan hubungan baik dengan vendor lain.

3. Rasa
Apa yang harus ku jelaskan? Hehe.. kukira semua orang sudah paham akan hal ini. Jika memungkinkan lakukan foodtest lokasi tidak hanya sekali. Tujuannya adalah untuk menguji konsistensi rasa dan reputasi tadi. Karena tidak jarang pihak katering meng-outsource-kan menu tertentu.Satu hal yang kuperhatikan, kebanyakan vendor enak di gubukan tapi so-so di buffet. Entah kenapa.

4. Tampilan
Ini faktor yang tidak terlalu penting, namun tidak ada salahnya diperhatikan sebagai aspek estetik. Yang dimaksud tampilan adalah plating (halah, korban Master Chef), kerapian seragam tim katering, dan dekorasi stall. Ah iya, buat yang belum tau, kebanyakan katering bertanggung jawab atas dekorasi areal makan. Jadi jangan lupa pastikan koordinasi mengenai hal ini.



Itu tadi beberapa hal yang aku jadikan patokan dalam memilih vendor katering pernikahan. Ada beberapa hal lain yang juga menurutku penting, tapi sengaja tidak kumasukkan ke penjelasan di atas: kenyamanan komunikasi dengan marketing katering. Hal ini bukan sesuatu yang berdasarkan "hitungan logis", namun lebih ke emosi. Saat kita nyaman berkoordinasi, maka semua akan berjalan lebih baik. Soalnya udah sreg dulu. 

Oh iya, ada tambahan lagi. Jika rentang waktu acara lebih dari dua-tiga jam, jangan lupa dibicarakan dengan pihak katering. Karena biasanya akan ada biaya tambahan untuk setiap kelebihan waktunya.

Beberapa katering yang sempat ku survey:

1. Lupa namanya- Temanggung
Ownernya adalah seorang pensiunan polisi. Katering ini sangat populer, karena terjangkau, kapasitasnya besar, dan menunya beragam. Jika sudah sampai di kota Temanggung bisa tanya ke warga sekitar untuk lokasinya (dont ask me , aku buta arah). Yang jelas lokasinya di tengah kotanya trus masuk gang.

Pros: harga standar, varian menu banyak, skala besar 

Cons: banyak rumor mengatakan mereka banyak meng-outsource menu sehingga rasa tidak konsisten, tidak ada limit order dalam satu hari.

Note: tengklengnya enak 

2. Vas - Temanggung
Katering ini relatif baru, meski begitu punya banyak pelanggan yang dengan senang hati merekomendasikannya ke orang lain. Lokasinya sebelum "kota" Temanggung. Jangan tanya aku lokasinya, dulu pun nyasar dan sekarang lupa hehe.. Kalau ngga salah pasar Kranggan trus belok kanan. 
Dulu pernah ke resepsi yang pake Vas ini, makanannya biasa banget kalo ngga mau dibilang kurang enak. Tapi staf, kru lapangan, dan leader lapangannya luar biasa ramah dan sigap. 

Pros: harga standar, bersih, perabotan dan dekorasi bagus dan baru banget, pelayanan bagus. Reputasi bagus.

Cons: rasa kurang, varian menu terbatas dan tidak bisa custom. 

Note: -Untuk rangkaian acara non-resepsi akhirnya aku pakai jasa Vas. Aku tidak sempat makan, namun keluarga suami dan kru vendor lain banyak yang memuji makanannya enak. Bahkan ada yang ngaku kalo makan baksonya sampe nambah 2 kali hehehe.. 
-Tambahan lagi, tidak ada biaya transportasi untuk Kota Magelang (batas paling selatan adalah Gedung Wiworo Wiji Pinilih/eks DPRD). Karena rumahku di Kabupaten Magelang, maka dikenakan biaya tambahan 500ribu sekali jalan (setiap satu acara). 
-Aku puas dengan pelayanan mereka (ngga bisa komentar rasanya karena memang ngga sempat nyicip). Akan kupertimbangkan untuk memakai jasa mereka lagi kelak.

3. Sari Rasa - Magelang
Katering papan atas di Magelang. Soal rasa, seperti namanya, tidak ada yang menyangkal kelezatannya. Tapi juga seperti namanya, mereka hanya fokus ke rasa. Kalau pake katering ini mesti koordinasi sama pihak dekor untuk penambahan dekorasi di sekitar meja plus area VIP. 
Lokasinya di daerah Bayeman,  Kota Magelang. Tepatnya sebelah timur hotel Lokasari, atau belakangnya Apotek Borobudur.

Pros: Enak pake banget. Ga ada yang menyangkal kelezatannya. Pembatasan order maks. 2 klien dalam sehari. Owner mengawasi langsung. Owner strict dan perfeksionis. Bisa paketan dari pengajian sampai bingkisan untuk keluarga juga.

Cons: Lumayan mahiil.. meski ngga banget , ga ada dekor sama sekali bahkan sekuntum bunga pun, owner yang strict jika tidak didukung dg vendor lain yang legowo bisa jd potensi konflik.

4. Karunia - Jogja
Lokasi di jalan Kaliurang km 5, diurutin aja, ntar ada plangnya di timur jalan. Masuk gang dikit. 
Katering ini papan atasnya di Jogja. Ngga ada yang bisa dikomentari, selama budget nya masuk. 

Pros: harus bilang apa? Hehe.. papan atas mamen.. ngga ada biaya transport tapi diberlakukan harga luar kota (entah kenapa aku lebih suka model seperti ini)

Cons: Mayan mehong tapi masih terjangkau dan sebanding dengan layanannya. 

5. Dani - Jogja
Lokasi di daerah Jombor. Agak masuk dikit, lupa juga gangnya yang mana. 
Another high-end one. Katering yang dirintis oleh sang ibu dan kini mendapat sentuhan modern dari sang anak.

Pros: papan atas mamen.. dekornya juga keren, pake gebyok-gebyok mini. kostum bisa custom dg biaya tambahan. Menu fleksibel (bisa request).

Cons: selama aku survey katering, ini yang paling mahal selain Anggrek - Semarang. biaya transport mayan gede juga. Waktu itu di simulasiku dikenakan 5 atau 6 juta untuk tambahan transportasi.

6. Salsa - Jogja
Lokasinya di sebelah barat balai kota, sisi utara jalan. 
Katering ini juga termasuk angkatan seumur Karunia dan Dani, namun dengan klasifikasi harga di bawahnya. 
Marketingnya ramaaaahh.. banget. Sampe bingung waktu mau menyampaikan kalo ngga jadi pake mereka.

Pros: harga standar, marketingnya baik banget sampe bikin sungkan, beberapa kali liat di lapangan bagus dan mayan bersih, armada transportasi besar sehingga untuk klien luar kota chargenya ngga terlalu banyak. Kalau ngga salah cuma 500rb sampai Magelang.

Cons: dekorasinya old-fashioned. Sebenarnya waktu kusampaikan kalau ngga jadi karena faktor dekorasi, pihak marketingnya menjanjikan bisa diatur sesuai permintaan. Namun aku dan Mama terlanjur kena pelet  katering yang di bawah ini :D

7. Sirikit - Jogja
Konon katanya dulu "orangnya" Anggrek-Semarang (mas Stanlus protes ntar kalo disama-samain sama Anggrek terus hihihi..). Ngeliat menu dan gaya tampilannya sih Anggrek bangettt. Bedanya dengan harga terjangkau hahaha.. versi lebih murahnya lah..
Lokasinya di Baciro, deketan sama Bowie salon / Brimob.  Mereka punya WO juga, namanya Kapulaga.

Pros: Anggrek-style with affordable price. Hubungan baik dengan vendor lain. Gaya dekorasinya asik dan terus berganti secara berkala, tampilan makanannya cakep udah gitu henyaakk, seragamnya rapi, porsinya juga pas, ngga mungil-mungil amat.

Cons: Katering baru (5tahun), reputasi belum benar-benar teruji.  Charge untuk klien luar kota mayan gede. Aku kena 6 juta untuk transportasi sampe Magelang.

Note: -Aku pakai katering ini untuk resepsi di gedung. Banyak komentar berdatangan selepas acara, baik dari teman, keluarga, tamu yang mengatakan bahwa kateringnya enak sekali. Bahkan semua menu katanya enak.
-Favoritku adalah mix fruit punch. Minuman ringan yang segar dan tidak terlalu manis. Juga bikin kesan eksklusif. Nasi bebek nya juga enak, disajikan di mangkuk dari pangsit goreng. Garang asemnya lebih enak lagi. Kebabnya juga manteb banget sih.  Anu, es puter duriannya dulu ga kebagian deh.. Aaahh sudahlah.. semoga ada undangan resepsi yang pake Sirikit dalam waktu dekat ini  >_<

8. Ibu Supardi - Jogja
Lokasinya di Kotagede. 
Banyak teman merekomendasikan katering ini karena rasa, harga dan reputasi. Hanya aja waktu aku ke sana, stafnya ngga ngerti produk. Saat aku minta simulasi, slow respond dan simulasinya terkesan sekenanya. Jumlah undangan x 2 x porsi menu. Misal buffet: 1000und x 2 x 25.000, trus ditambah baso 1000und x 2 x 8000, trus misal dimsum 1000und x 2 x 12000 , dan selanjutnya. Padahal setahu aku, komposisi jumlah porsi tidak semua dikalikan jumlah tamu, namun ada kombinasinya. 

Pros: ada beberapa teman yang udah pake dan katanya puas.

Cons: entahlah.. ngga sreg sama stafnya dan hitungan simulasinya.


Lalu katering mana yang aku pilih? Untuk resepsi gedung aku pilih Sirikit. Sedangkan untuk di rumah aku pilih Vas.

Jumat, 24 Mei 2013

Resepsi Piring Terbang

Tanggal 22 Mei yang lalu keluargaku diundang oleh salah seorang famili kami untuk sebuah syukuran pernikahan anak lelakinya. Pesta resepsi untuk anak lelaki bagi orang Jawa biasa disebut Ngunduh Mantu. Acara tersebut diadakan dengan maksud memboyong sang pengantin wanita untuk diperkenalkan kepada lingkungan keluarga pengantin pria.
Acara ngunduh mantu kali ini diadakan di daerah..... hmm.. daerah itu tuh.. hmm mana sih ya? Hahaha.. entahlah. Pokoknya arah mau ke Tawangmangu. Kalau Tawangmangu tau dong ya.. Tempat wisata yang terkenal akan air terjun yang bernama Grojogan Sewu (Air Terjun Seribu). Lokasinya terletak di lereng Gunung Lawu, sebuah gunung berapi di dekat perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebetulan kakak sepupunya papaku ini, yang merupakan si empunya hajat, memiliki sebuah rumah makan dan pemancingan di daerah itu, maka acara ngunduh mantu dilaksanakan di rumah makannya tersebut.
Sebenarnya yang jadi inti ceritaku bukan tempat ataupun pengantinnya, namun jamuannya. Seperti yang kita tahu, jaman dulu waktu kita (oke, bukan kita tapi saya) masih kecil, jika diajak pergi resepsi oleh orangtua maka akan terbayang suatu rangkaian acara yang setidaknya akan memakan waktu 2-3 jam. Semua orang akan duduk dan mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir. Namun di lingkunganku hal itu kini sudah jarang kutemui. Jika ada undangan pernikahan, maka tentu yang terbayang adalah sebuah jamuan pesta berdiri atau standing party yang tamu hadir "hanya" untuk bersalaman dengan pengantin, makan, lalu pulang. Bahkan tidak jarang dandan dan persiapanku sebelum berangkat akan memakan waktu lebih lama dibanding waktuku di pesta tersebut.
Hadir di pesta tanggal 22 lalu tersebut mengingatkanku pada kebiasaan masyarakat di sekitarku yang kini berubah. Pada pesta itu disediakan begitu banyak kursi yang berjajar rapi dan sebuah meja yang sudah tersusun beberapa gelas teh di setiap baris kursinya. Pada pesta ini semua tamu duduk sambil mendengarkan lagu-lagu campursari klasik yang terlantun merdu dari dua orang penyanyi sembari menunggu acara dimulai.
Acara dimulai setelah pengantin dan keluarga pengantin wanita tiba. Sang pranata cara alias MC bicara banyak sekali dalam bahasa Jawa, namun hampir sebagian besar kata-katanya tidak bisa kupahami. Bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa EYD yang tentunya jarang digunakan untuk percakapan sehari-hari. (suatu excuse bagi seorang Jawa yang ga paham bahasanya hehe)
Setelah runtutan kata-kata yang tidak kupahami itu selesai, para biduanita kembali melantunkan tembang campursari dan beberapa lagu masa kini yang populer. Kemudian ada belasan pemuda berseragam batik berdiri di beberapa titik yang tersebar di gang antara kursi tamu. Tak lama berselang datang beberapa pemuda lain, yang juga berseragam batik yang sama, keluar membawa sebuah nampan besar dengan beberapa piring berisi sup. Pemuda ini kemudian menghampiri pemuda yang sudah stand by di beberapa titik tersebut untuk membagikan piring yang berisi sup tadi kepada para tamu. Supnya berisi daging giling, kacang polong, wortel, dan jamur tiram yang dibungkus dengan telur dadar. Cantik. Kemudian tidak lama kemudian datang hidangan selanjutnya yang dibagikan dengan cara yang sama. Hidangan ini berupa nasi putih yang dicetak berbentuk bunga di tengah, dan ada beberapa macam lauk di sekelilingnya. Lauknya adalah sambal goreng telur, bola-bola daging dimasak terik , udang goreng tepung, tumisan sayur, acar, dan kerupuk. Oiya, ada satu cup es puter rasa coklat sebagai dessertnya.
So? Kenapa dengan pesta itu? Ada yang penting? Iya, tentu saja. Pada acara resepsi itu aku merasa sangat menikmati setiap prosesi acaranya. Dibandingkan saat menghadiri suatu pesta berdiri, aku merasa lebih terlibat dan lebih merasa ikut berbahagia saat mengikuti setiap rangkaian acaranya. Belum lagi perasaan terasanjung karena dilayani saat menikmati jamuannya, baik itu round table maupun ramesan seperti saat itu. Sampai-sampai aku berbisik pada adekku "Wah, kalau kondangannya seperti ini berasa banget. Ngga sekedar numpang lewat doang hehe..".
Satu lagi hal yang menarik, pesta macam ini selalu kutemui saat menghadiri pesta pernikahan di Sragen, Karanganyar, dan sekitarnya. Baik itu acara sederhana di rumah, di masjid, maupun pesta mewah dengan jumlah tamu cukup banyak di gedung. Sedangkan beberapa puluh kilo dari tempat itu, acara resepsi macam itu sudah tidak populer lagi, berganti dengan pesta berdiri. Menarik, kan?

Kuliner Solo: Sego Liwet Bu Wongso Lemu

Solo atau juga dikenal dengan nama Surakarta merupakan salah satu kota yang terletak di Jawa Tengah. Kota ini tergolong istimewa karena banyak hal. Diantaranya karena kota ini merupakan pusat dari wilayah Keraton Surakarta, salah satu kerajaan yang masih eksis di Indonesia hingga kini selain Yogyakarta. Sebagai pusat kebudayaan, tentu banyak hasil budaya -budidaya- atau kreasi manusia yang menarik di Solo, termasuk kuliner.
Solo terkenal dengan begitu banyaknya kuliner yang menggugah selera dan tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Sebut saja nasi timlo, nasi liwet, serabi, tengkleng, dll. Untuk kali ini, menu yang akan aku review adalah Sego Liwet atau nasi liwet.
Untuk yang pernah ke Solo pastilah tidak asing dengan nama Bu Wongso Lemu. Nama itu adalah "merk" yang paling populer saat menyebutkan kata sego liwet Solo. Lokasinya tidak sulit dicari karena ada di dekat Jl.Slamet Riyadi yang merupakan ruas jalan yang paling mudah ditemukan bagi pelancong. Tepatnya berada di daerah Keprabon. Di ruas jalan tersebut akan ditemui sederet warung sego liwet Bu Wongso Lemu. Sederet? Ya. Memang ada banyak warung sego liwet Bu Wongso Lemu ini. Trus mana yang asli? Hehe entahlah.. mungkin asli semua. Kalau yang enak? Hmm.. kayanya sih enak semua. Hehe.. Soalnya pernah nyoba ke dua warung yang berbeda (tapi sama-sama Bu Wongso) dan enak semua.
Warung Sego Liwet Bu Wongso Lemu yang aku kunjungi kali ini adalah warung pertama di ruas jalan tersebut. Tempat duduknya bisa pilih mau di lesehan atau di bangku panjang dekat display makanannya. Oiya, warung sego liwet ini hanya buka pukul 16.00-2.00 ya.. jadi kalau siang belum buka.
Mungkin ada yang belum tahu, apa sih nasi liwet itu? CMIIW,sebenarnya nasi liwet menunjukkan cara memasak nasinya. Kalau jaman sekarang masak nasi tinggal tekan tombol "cook" di penanak nasi listrik, nah jaman dulu nasi dimasak dengan beberapa cara yang berbeda. Salah satu teknik memasak nasi tradisional adalah dengan cara liwet ini. Cara yang lain yaitu aron dan tim. Ngliwet adalah teknik memasak beras agar menjadi nasi dengan menggunakan ketel atau panci. Beras langsung dimasak di panci yang berisi air tersebut. Saat hampir matang, nasi diaduk agar matangnya rata. Cara memasak ini biasanya banyak menghasilkan kerak di dasar panci. Cara masak dengan liwet ini punya karakter yang berbeda dengan cara memasak nasi yang lain. Karena dimasak dengan api langsung (teknik lain harus menggunakan 2 panci sehingga panci berisi beras tidak terkena api secara langsung), maka tidak bisa sembarangan baik ukuran api maupun jenis beras. Api yang digunakan adalah api sedang, tidak boleh terlalu besar karena akan menyebabkan gosong atau banyak kerak di dasar panci. Jenis beraspun biasanya beras berkualitas bagus karena proses memasaknya hanya sekali, tidak dikukus lagi seperti pada teknik lain, sehingga nasi yang dihasilkan pulen.
Nah, untuk nasi liwet khas Solo ini, nasi putih tersebut disajikan bersama sayur jipang/labu siam yang diiris seukuran korek api, suwiran ayam, dan terakhir, topping kepala santan yang disebut areh. Untuk tambahannya bisa pilih hati ampela, telur, atau potongan daging ayam. Mengenai penyajiannya sendiri menggunakan daun pisang yang dilipat sedemikian rupa dan ditusuk dengan lidi atau istilahnya pincuk.
Untuk satu porsi nasi liwet Bu Wongso Lemu ini kurang lebih 11ribu, jika ada tambahan lain seperti telur, daging ayam, dll jadi 15-20ribuan. Untuk minumannya selain yang standar ada wedang kacang, wedang ronde, dll. Wedang kacangnya enak, hanya saja karena kacangnya kurang empuk jadinya aku kurang suka.

Place: 7 . Warung sederhana dan bersih, termasuk toiletnya.
Food: 8 enak, terutama nasinya pulen banget
Price: 8 MURCE!! Love it!

Jelas ke sana lagi dong.. tempat wajib kunjung kalau ke Solo nih.

Rabu, 22 Mei 2013

Soto Tauto Pekalongan

Seminggu yang lalu kami: aku, mama, Rintintin dan pacarnya, Kiky ke Pekalongan. Niat utamanya sih ngantar mama ada perlu ketemu sama supplier, tapi berhubung sudah sampai sana jauh-jauh rasanya rugi kalau ngga mampir ke Pasar Sentono. Sebelum hunting batik, kami mampir makan di warung Soto Tauto di sisi depan Pasar Sentono.
Soto Tauto adalah makanan khas Pekalongan. Yang unik dari soto ini adalah menggunakan tauco pada kuahnya. Tauco adalah semacam saus yang dibuat dari kedelai. Isi sotonya ada soun, daging (bisa pilih ayam atau daging sapi), dan irisan daun bawang buaanyak *o(^^o)horee..daun bawangnya banyak(o^^)o* . Soto tauto dimakan bersama lontong atau nasi putih. Untuk rasa? Jelas sesuai namanya, rasa khas tauco sangat mendominasi. Rasa tauco itu sedikit masam dengan aroma yang cukup kuat.

Rasa: 7 / ada rasa tauconya bikin khas
Harga: 6 / standar soto turis lah, 15rb ama minum
Tempat: 6 / warung sederhana yang cukup bersih

Selasa, 07 Mei 2013

Vendor Paes Manten

Vendor paes adalah vendor pertama yang langsung aku putuskan bahkan sebelum aku punya rencana untuk menikah hehe.. Aneh ya? Ceritanya waktu my bestie, Hanggit, nikah, aku sempet kaget karena dia begitu manglingi saat resepsi. Sedangkan sahabatku satu ini termasuk hobi dandan dalam kesehariannya. Kalau seorang Hanggit yang sehari-hari aja udah bermakeup dan cantik, lalu saat nikahan dia masih bisa lebih cantik lagi, hmm.. itu luar biasa menurutku. Gara-gara dia lah aku langsung tanpa ragu memutuskan vendor paesku adalah Bu Wito, perias manten yang merias sahabatku itu. 
 
Bu Wito ini sudah cukup sepuh dan merupakan paes senior di Magelang. Sebagai bayangan, anak sulungnya sudah berusia 43 tahun *wow*. Meski sudah sepuh, tapi Bu Wito ini cantik sekali, ga kebayang kaya apa masa mudanya. Sebenarnya beliau sudah disarankan oleh putra-putrinya untuk istirahat saja, tidak usah merias lagi, namun Bu Wito yang passionnya adalah merias tentu keberatan jika tidak merias sama sekali. Maka dari itu beliau masih merias meski tidak money-oriented. Yep. Beliau menyatakan bahwa tujuannya merias adalah sebagai sarana ibadah. Kalaupun ada hasil dari merias, maka hasilnya beliau gunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Gimana ngga makin kagum sama Bu Wito coba.. udah ayu, anggun, skillful, dermawan pula. Sebagai gambaran reputasinya, beliau merupakan langganan ibu-ibu  isteri Jenderal TNI dan pejabat lain di Magelang. 

Selain hasil rias yang halus, Bu Wito juga pemegang adat Jawa yang cukup kuat. Satu lagi poin yang bikin aku makin kagum dengan beliau. Beliau paham betul budaya Jawa, khususnya yang berkaitan dengan ritual upacara pernikahan secara pakem berikut filosofinya. Bahkan saat aku bertanya mengenai perbedaannya dengan ritual yang populer saat ini, beliau mampu menjelaskan kisah kenapa ritual populer tersebut muncul dan siapa yang menginisiasi ritual baru tersebut. Saat aku menunjukkan salah satu foto yang kuunduh dari internet (maksudnya sih buat referensi), Bu Wito sempat terhenyak dan menanyakan siapa yang merias. Setelah ku jawab bahwa itu foto di internet, beliau menjelaskan bahwa gaya rias di foto itu kurang tepat semua. Beliau mencontohkan itu adalah salah satu bentuk modifikasi yang tidak memperhatikan filosofinya. Intinya pada foto itu si pengantin menggunakan busana Solo basahan taqwa (berbolero), namun jenis boleronya kurang panjang (yang dipakai adalah bolero kanigaran-Jogja), lalu paesnya Solo putri yang tidak bisa dibilang Solo putri juga karena ada beberapa detail yang juga kurang tepat dan masih banyak lagi. Ah, benar-benar pucuk dicinta dan ulam tiba. Aku ingin sekali kenal budayaku sendiri yang makin sekarang makin terasa asing dan aku bertemu orang yang tepat └(^o^)┘ . Setidaknya nantinya aku masih punya sedikit pengetahuan untuk anakku kelak, jadi budaya Jawa tidak terhenti di generasiku.

Bicara tentang paes di Magelang, ada beberapa yang aku tahu selain Bu Wito.

1. Mbak Widhi - Sanggar Paes Shinta Ayu
Dulu, waktu aku SD, di sekolahku selalu mengadakan acara di hari Kartini. Murid-murid diminta untuk berpakaian adat daerah masing-masing. Ah, SDku merupakan yayasan milik TNI yang muridnya berasal dari Aceh sampai Papua, jadi hari Kartini adalah saat kami memamerkan pakaian adat kami masing-masing. Asyik sekali. Nah, ketika itu mamaku selalu membawaku ke Mbak Widhi ini untuk dirias sekaligus menyewa kebayanya. Dan ternyata sekarang beliau ini menjadi paes termahal di Magelang. Mahal? Konon katanya, biaya paes untuk sepasang pengantinnya tok bisa seharga sepaket jasa paes lain  yang meliputi seluruh keluarga beserta among tamunya. Kalau hasilnya sendiri aku kurang paham, yang aku tau sih bagus aja kok  waktu ngerias aku jaman SD dulu hehe.. 

2. Ibu Yunita
Paes yang satu ini juga favorit di Magelang. Terutama untuk riasan pengantin muslim. Denger-denger sih paketan sama dekorasi juga, tapi kurang tau sih..

3. Ny. Hari Trilunggono (Nama suaminya hehe..)
Aah maaf kalau nama yang kucantumkan adalah nama suaminya (dokter spesialis mata, praktek sore di Apotek Merdeka Farma) soalnya ngga tau nama beliau. Paesan beliau terkenal halus. Hanya saja mesti ati-ati di time managementnya karena beliau ini terkenal luaamaaa sekali maesnya hehe..

4. Mas Yudhi - Yudhi Wedding Service
Beliau ini sebenarnya adalah calon vendor dekor ku. *Lho? Dekor?* Iyaa.. beneran hehe.. jadi mas Yudhi ini pada dasarnya adalah seorang perias, namun juga menyediakan jasa dekorasi. Hasil makeupnya bagus juga. Beliau pakai produknya MUFE, dan khasnya adalah fokus di foundie yang sangat membaur dengan warna kulit badan, jd muka ngga kaya pake topeng. Natural.

 
Itu tadi beberapa paes yang bisa dijadikan pilihan di Magelang. Kalau dari Jogja yang sekali liat paesannya langsung naksir ya Bu Dior. Foundation yang halus dan riasan mata yang dramatis bikin hasil riasan sang pengantin jadi manglingi. Keren banget deh pokoknya.

Kenapa aku ngga menyebut nama Bu Tienuk? Hmm beliau memang paes legendaris yang merias keluarga Cendana saat punya hajat, namun sudah rahasia umum kalau beliau biasanya hanya bikin draft riasnya saja yang kemudian dilanjutkan asistennya. Kecuali aku adalah putri pejabat setingkat menteri atau selebriti papan atas. Hehe.. kalau memang demikian kenapa ngga langsung pakai jasa asistennya aja dong? #Asas-ogah-rugi

Jumat, 19 April 2013

Wedding Venue di Magelang

Perasaan cepet aja waktu berjalan. Perasaan baru kemaren *desember* lamaran dan sekarang udah April, dan belum ada progres APAPUUN!! ╮(╯_╰)╭ 

Terlalu berlebihan sih kalau belum ada progres apapun, paling ngga udah ada satu hal yang udah pasti yaitu venue alias tempat nikahan. Ah, ngomongin masalah venue, tempo hari seorang teman yang menjalankan bisnis Wedding Organizer di Jogja, Denny, nge-DM di twitter, nanya gedung nikahan di Magelang tu mana aja. Sekalian aja kalau gitu aku share yang aku tau di sini.

Selasa, 26 Maret 2013

Kuliner Jogja: Soto Djiancuk

Siapa sih yang ngga kenal soto? Kalau bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita, maka soto adalah makanan nasional Indonesia hehehe.. Ada banyak macam soto di seluruh penjuru Nusantara dan terlalu banyak kalau mau dibahas di sini. Nah untuk kali ini kita hanya bahas SATU warung  soto dari sekian banyak jenis soto yang ada. 

Nama warungnya adalah Soto Djiancuk. Eitts.. jangan marah dulu, bukan maksudku mau mengumpat ya (jancuk: salah satu jenis umpatan dalam bahasa Jawa). Memang nama warung soto yang berlokasi di dekat PUKJ/kampus PGRI ini adalah Soto Djiancuk. Nama yang cukup catchy hehe.. Lokasinya cukup mudah ditemukan. Dari arah kampus univ PGRI lurus saja terus ke arah barat. Nanti akan terlihat sebuah printed banner lumayan besar yang ditempelkan di sebuah papan besar berbentuk lingkaran.

Gerombolan Lebay
Setelah pesan soto, kami duduk-duduk di teras warung yang berupa bale lesehan sambil makan tempe goreng. Pesanan kami baru datang setelah 15menit lebih. Cukup lama untuk ukuran soto yang biasanya disajikan kurang dari lima menit setelah pemesanan. Soto disajikan dalam sebuah mangkuk kecil dan dialasi piring makan rumahan, sepertinya sih tujuannya biar kuah soto yang penuh banget itu tumpahnya ke piring. 

Muka-muka orang kelaperan
Jika mendengar kata Djiancuk maka akan langsung terasosiasi dengan bahasa Jawa timuran dan tentunya akan mudah ditebak kalau Soto Djiancuk ini adalah soto Jawa Timuran. Yang khas dari soto Jawa Timur adalah kuahnya yang berwarna gelap/buthêk. Ya, hampir seperti coto makasar tapi lebih encer. Ada toping telur rebus dua iris di atasnya, selebihnya hampir sama dengan soto kebanyakan. 

Tadaaa.. ini dia sotonya
Bagaimana dengan rasanya? Hmm.. rasa memang relatif karena berkaitan dengan selera. Kalau menurutku pribadi sih cocok dengan tasteku. Rasa bumbu dan rempah yang kuat namun tidak asin dan tidak terasa "pahit"nya micin. Kuahnya sampe ludes saking doyannya, dan itu ga akan kulakukan kalau rasa garam atau micinnya dominan. 

Untuk harganya aku ga tau, soalnya kemaren ditraktirin sih hehehe.. kayanya sih sekitar 10ribuan. Standar lah untuk harga soto enak dengan mangkuk kecil.

Place : 6 / standar warung soto sederhana
Price : 6 / standar soto jogja
Food : 7.5 / enak

Balik lagi? Yep. Dan rame2 sama temen2.

Sabtu, 09 Maret 2013

The Proposal

30 desember 2012. yep pada tanggal itu aku resmi dilamar kekasihku setelah 2,5 tahun pacaran. Wacana untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius sebenarnya sudah muncul setahun yang lalu. Diawali dengan orang tua kekasihku bersilaturahmi ke rumah di Lebaran 2011. Cuman berhubung anak perempuan satu2nya ini rada "celelekan" kuliahnya dan masih aja hobby keluyuran ke sana-kemari dibanding menyelesaikan skripsinya, jadi ya niat baik itu harus ditunda sampai aku menyelesaikan kewajibanku sebagai mahasiswa. Akhirnya dengan susah payah ditengah kesibukanku main game, karaoke dan jalan-jalan, aku berhasil menyelesaikan kuliahku dengan predikat juru kunci! Ahahahaha... Gak papa lah. Seengganya udah berusaha yang terbaik. Jadi kangen temen2 Psychopat Exclusive Edition nih.. Udah pada ke mana yak mereka?
Back to topic, lamaran. Sebagai anak pertama, keluarga kami ngga punya pengalaman punya gawe. Hal itu tentu bikin kami rada kalang kabut. Apalagi eyang putri dari papa yang biasanya dimintai wejangan sama mama sudah meninggal, jadi bener-bener have no clue. Thanks to google dan semua wanita yang berbaik hati berbagi pengalamannya melalui blog. Kalian sudah menabung amal jariyah dengan berbagi ilmu yang bermanfaat hehehe.. Karena itulah saya bertekad melakukan hal yang sama dengan harapan dapat membantu saudariku sesama wanita khususnya yang tinggal di Kota Magelang. Lamaran kami sifatnya tertutup, hanya keluarga inti dan sesepuh saja, bukan lamaran yang meriah dengan mengundang banyak saudara. Dari pihak kekasihku ada orang tua (ya iya lahhhh..) , kakak-kakaknya plus ponakan, pakdhenya selaku perwakilan, 3 orang kerabat lain plus mas fotografer (err lupa namanya). Sedangkan dari pihak kami semula akan mengundang keluarga lebih banyak karena kami tinggal di perkampungan yang isinya sodara semua. Tapi kemudian kami memutuskan untuk memangkas eh mengurangi jumlah saudara yang diminta hadir ke acara tersebut. Akhirnya dari pihak saya adalah papa mama, adik-adik saya yang ganteng dan berdarah dingin (gak penting, abaikan), pakdhe nya mama selaku perwakilan kami plus istrinya ya.., om+tante dari pihak papa, eyang dari mama, dan satu-satunya tetangga kami (rumah kami cukup mewah-mepet sawah- yang jauh dr pemukiman lain). Oh iya @indahmuslima dan @lalalilinda , kedua teman terbaikku juga hadir dan jadi seksi sibuk hehehe.. thanks ya Candies..
Meskipun acaranya bukan acara lamaran yang besar-besaran, tapi cukup bikin kalang kabut. Dua katering langganan kami sudah full untuk pemesanan hari itu. Sedangkan katering langganan kami yang lain tidak menerima pemesanan kurang dari 50 porsi. Akhirnya salah seorang saudara menyarankan untuk pesan ke restoran Larashati. Restoran ini menyediakan chinese food dan memang langganan kami. Koko ownernya ramah sekali dan sangat membantu saat kami akan menentukan menu plus jumlahnya. Sayangnya restoran ini tidak melayani pesan antar, sehingga kami harus mengambil sendiri (jarak dari rumah sekitar 7 kiloan). Restoran Larashati ini terletak di daerah Bayeman, kira2 tidak sampai 100 meter setelah trafficlight. Lazimnya saat lamaran, pihak pria akan membawa buah tangan berupa makanan khas daerahnya, dan pihak wanita pun juga melakukan hal yang sama. Karena di Magelang khasnya adalah getuk, maka udah bisa dipastikan getuk harus ada di bingkisan itu. Kami pesan di Getuk Eco satu boks besar berisi beberapa boks kecil. Getuk Eco ini menurut kami rasanya paling enak dibanding merk lain. Selain itu kami juga menambahkan tape ketan yang juga dibeli di tokonya Getuk Eco. Lokasinya daerah Jambon. masuk ke jalan sebrangnya SD Tarakanita. Ntar ada plangnya kok. Nama jalannya entahlah :p aku terlalu malas untuk nyari nama alamatnya. Buah tangan terakhir kami menambahkan wajik. Untuk wajik kami membeli di Wajik Salaman. Memang tidak sebeken wajik Ny Week, tapi rasanya jauuhhhh banget. Wajik Salaman ini sangat mempertahankan kualitas dan rasa, juga tidak pakai pengawet. Gulanya pun pakai gula asli, bukan pemanis buatan. Teksturnya lembut dan ngga eneg. Kekurangannya? Jelas ngga seawet wajik Week, lebih tinggi harganya dan ketersediaannya ngga semudah wajik Week. Wajik Salaman hanya tersedia di toko mereka di selatannya pasar Salaman. Persiapan selanjutnya setelah konsumsi adalah ruangan. Karena total yang hadir sekitar 20an orang, kami tidak menggunakan tenda cukup di ruang tamu saja. Rencananya sih settingnya mau kursinya berjajar 2-3 deret dan berhadapan antara keluarga tamu dan tuan rumah. Tapi beberapa tempat persewaan yang kami datangi full semua (pada punya gawe barengan atau memang persewaan alat pesta di magelang masih kurang ya?). Akhirnya kami pakai set roundtable, meja bulat dan kursi VIP yang mengelilingi meja. Persiapan selanjutnya adalah cari MC. Kebetulan keluarga kekasihku dari Jogja yang tinggalnya di deket-deket kauman- jadi ya lumayan njawani gt. Maka dari itu kami minta tolong pranata cara langganan keluarga kami di desa sini yang bahasa Jawanya sip jos mantaptos. Untuk jalannya acara, keluarga kekasihku tiba di rumah sekitar pukul 10, sesuai dengan yang direncanakan. Keluarga mereka kompakan dengan baju tone ungu-fuschia. Sedangkan kekasihku dan aku kembaran pake warna cokelat muda. Aku pake kebaya encim dan jarik. Makeup cukup dandan sendiri (maklum banci lenong) dan hairdo simpel. Sedangkan kekasihku pake jas dengan model high neck collar.


Kompakan pake warna coklat


Mbak-Mbaknya Kekasihku kompakan pake gamis Ungu, so pretty <3 td="">
Setelah salam-salaman dan dipersilahkan duduk, aku duduk sama mama papa dan kekasihku duduk sama orangtuanya, acara dimulai dengan sambutan oleh pranata cara yang intinya adalah pihak keluarga kami menyambut datangnya pihak kekasihku. Sesi kedua adalah perwakilan keluarga kekasihku menyampaikan maksud kedatangan mereka untuk melamar akyuu.. hihihi.. Selanjutnya perwakilan keluarga kami menyatakan menerima lamaran tersebut yeaayy.!! Setelah itu aku duduknya pindah satu meja sama kekasihku dan kami ngobrol sambil cekikian, sedangkan para orang tua berkumpul di satu meja lain untuk membicarakan tanggal yang baik. Tanggal yang baik menurut kami adalah tanggal di mana sebagian besar keluarga bisa hadir hehe jadi kami ngga pake itungan Jawa gitu. Acara ditutup setelah makan siang dan; keluarga kekasihku berpamitan untuk pulang ke Jogja.
Mojo dan Keluarganya
MbahDhe Couples, Aku, dan Mama-Papa

Sabtu, 23 Februari 2013

Selamat Datang di "dianisnawati.blogspot.com"

Hooreeee.. akhirnya punya blog lagi setelah entah berapa lama terakhir blogging. Gara-gara ngobrol sama teman, jadi inget kalau punya akun di MULTIPLY. Niat hati sih ingin ngelanjutin nulis-nulis gitu.. Cuma sayangnya saat mencari aplikasi Multiply di Google Play Store ternyata ga ada. Mungkin karena nasib si Multiply-nya juga rada kembang kempis kali ya? Ya sudahlah, alhasil terpaksa saya boyongan dari blog lama ke Blogspot ini. Lebih praktis sih pake Blogspot, karena sekali buka Google udah tersambung langsung ke Google+, Blogspot, Gmail, dll. Aplikasinya juga tersedia di Google Play Store (ya iya laahh..), jadi akan semakin memudahkan saat tiba-tiba pingin nulis/upoad foto.

dianisnawati.blogspot.com hmmm kenapa saya pilih nama itu sebagai alamat? Terus terang sekarang saya sudah mulai jenuh dengan banyaknya akun media sosial yang saya miliki. Sebenarnya sih bukan maksud hati mau koleksi akun, tapi ya mau gimana lagi? Duluuuu awalnya cuman FS-an aja. Saat era Friendster mulai ditinggalkan dan beralih ke Facebook, maka saya mau tidak mau harus hijrah ke FB agar dapat tetap terhubung dengan teman-teman terutama yang  tidak satu kota. Ehh.. sekarang di halaman muka FB jarang banget ngeliat aktivitas temen, malah yang ada orang jualan BB lah, jualan sprei lah, atau konten motivasi hasil kopi-tempel dari mana-mana. Usut punya usut ternyata pada pindah ke Twitter. Yowess.. saya ikutan nambah akun Twitter. Belum lagi Line dan Google+ juga ada. Nah, balik lagi kenapa pakai nama lengkap sebagai alamat? Dengan pakai blog, saya cukup posting apa yang ingin saya bagikan di sini dan cukup membagikan linknya via media sosial. Truuus??? Kenapa pakai nama lengkaap?? Hehehe ya tentunya untuk memudahkan dalam mengenali dan sebagai identitas juga. Ibaratnya seperti kartu nama lah. 

Jadi saya ucapkan selamat datang di blog pribadi saya. Semoga apa yang saya bagikan di sini bisa bermanfaat bagi teman-teman yang membutuhkan.