Wedding Ring Sumber |
Belajar menulis, belajar mengenal budayaku, belajar menjadi wanita, belajar menjadi istri, belajar berbagi, dan belajar tentang banyak hal lainnya.
Jumat, 08 November 2013
Wedding Ring: it is called Kalpika Tresna
Senin, 02 September 2013
Vendor Fotografi Pernikahan di Jogja, Magelang, dan sekitarnya
# Mata Angin - Jogja. Lokasinya di Jl. Ahmad Dahlan, tepatnya di sebelah timurnya PKU Muhammadiyah/baratnya nol kilometer. Ownernya bernama mas Haris. Kami pertama bertemu saat wedding expo di Mal Malioboro. Karena vendor ini yang pertama kali aku dan Mojo temui, otomatis patokannya jadi ke sini semua. Hasilnya menurut Mojo (yang bawel banget soal foto) bagus. Pemilihan angle, ketelitian, pengambilan detail, pencahayaan, dll semua bagus. Mas Haris sendiri orangnya perfeksionis, jadi dia mau semua hasil kerjanya ngga asal-asalan. Jenis paketannya ngga banyak, dan Mata Angin ngga menyediakan layanan photobooth. Aku lupa harga paketnya, kalau ngga salah paket untuk dua hari acara sekitar 8-12jutaan dan transport untuk ke Magelang kena 500ribuan. Mungkin karena faktor takdir akhirnya kami tidak berjodoh hehe.. karena sebenernya mereka udah perfect banget kombinasi harga dan kualitasnya.
#Agatha Photo. Vendor foto yang cukup berumur dan tersohor di Jogja. Nama besarnya sudah sering ku dengar. Sayang, saat melihat portofolio mereka di wedding expo yang sama dengan Mata Angin, hasilnya lebih bagus Mata Angin. Mungkin seperti kebanyakan jasa fotografi senior, yang berangkat ke lapangan fotografer baru. Jadi yaa gitu deh.. hasilnya ngga sebesar merknya.
#Colorful. Lokasi di sebrangnya XXI Jl.Solo. Kebetulan ownernya adalah temenku, namanya Danto. Berawal dari hobi, akhirnya Colorful ini sekarang jadi pemain besar di Jogja, bahkan udah buka di Jakarta juga. Ciri khas dari vendor ini adalah atmosfer "ceria" yang muncul dari gambarnya. Untuk harga paketannya, mulai dari 2jt dengan isi paket yang tentunya seadanya hingga berapa ya? Aku lupa hehe.. yang jelas jam terbang fotografer dan konten akan menyesuaikan dengan harganya. Aku sih suka-suka aja liatnya, cheerful gitu.. tapi Mojo ga suka angle2nya.
#Gibran Exclusive Photography- Jogja. Terletak di Jl.Monjali. Paketan dua hari kalau ga salah sih 15Jutaan. Sebenernya aku beberapa kali pakai jasa mereka, waktu wisuda dan foto couple, bagus sih.. sayangnya mereka ga banyak portofolio wedding.
#Exotic - Jogja. Lokasi di Seturan, sebrangnya STIE YKPN. Eemmm..ga tega sebenernya mau ngulas studio ini. Billboardnya doang yang gede, tapi perbandingan harga dan hasilnya, IMO, sangat overpriced. Kalau interior kantornya sih bagus banget, cuma waktu buka albumnya err.. aku cuma bisa lirik-lirikan sama adekku saat ngeliat hasil foto layaknya pernikahan di tahun 90an. Udah ah itu aja. Neexxt....
# Pak Jepret Photography - Jogja. Ini nih vendor kami. Secara umum mereka oke, hasil dan harganya. Harga paketannya mulai 6jutaan. Salah satu nilai plus vendor ini adalah ownernya ramah banget dan detail-detail yang kami mau bisa mereka fasilitasi. Kebetulan ownernya adalah (dulunya) anak Fisipol UGM, temen-temennya Mojo. Sejak awal kami berdua ingin difoto oleh teman sendiri. Niat ini sempat kami urungkan (makanya terus cari vendor lain) karena mereka sudah punya agenda di hari pernikahan kami. Tapi memang namanya jodoh tak kan ke mana. Akhirnya hari pernikahanku diabadikan oleh Mojo's besties :D . Betapa senangnya.
#Getmy Photoworks - Magelang. Nama ownernya mas Getmy, orangnya ramah dan menyenangkan diajak ngobrol. Kalau mau cari jasa fotografi oke dengan budget terbatas, aku akan merekomendasikan vendor ini. Hasil portofolionya cukup bagus. Untuk pre-wedding pun, mas Getmy cukup "berani" memberikan konsep yang unik. Lokasinya di Kebonpolo, seberangnya Alfamart.
Note: aku suka hasil foto lanskapnya beliau. Cakep-cakep.
# The Photoworks - Magelang. Awalnya liat hasil mereka di cover wedding video saat survey vendor video di Mahami (Bayeman). Karena menurutku fotonya keren banget, akhirnya aku tanya vendor fotonya dari mana. Akhirnya dapet kontaknya mas Gepy dan bikin appointment. Waktu ngobrol asik banget dan orangnya ramah. Hasil fotonya pun keren banget. Bedanya sama Mata Angin, kalau MA itu gayanya lebih priyayi dan kalau Photoworks itu lebih masa kini. Mereka berdua keren dengan gayanya masing-masing. Soal harga, ada di kisaran 10jt. Harga standar untuk hasil terbaik. Sedikit sedih sih akhirnya ngga jadi pake mereka, tp mungkin di lain kesempatan bisa berjodoh :)
Note: Foto studionya asik banget. Aku berkali-kali foto di sana. Ngga mahal, dilenongin sampe cantik ama mbak Puri, permainan cahaya dan bayangan yang bikin foto terkesan elegan, dan yang paling penting kru yg motret asik bikin kita santai dan ekspresif.
#The Photosive - Magelang. Ini adalah grupnya The Photoworks juga. Beda gaya, kalo kata mas Gepy. Hehe.. ya itu bahasa yang lebih halus untuk merujuk segmen pasar lainnya. Intinya Photosive ini harganya di bawah Photoworks.
Bersambung kapan-kapan kalau udah inget harga-harganya lagi. Semoga bermanfaat ;)
Jumat, 16 Agustus 2013
Vendor Dokumentasi: Make it Everlast
Daripada ntar moodnya keburu ilang, langsung ke pokok permasalahan aja deh. Di bawah ini aku sebutin apa aja langkah-langkahku dalam memilih vendor dokumentasi.
1. Survey. Jelas ini penting untuk menambah khazanah pervendoran. Vendor dokumentasi adalah vendor yang hasilnya bakal dinikmati sepanjang masa, jadi biasanya soal selera lebih dibicarakan dibanding hanya sekedar rupiah. Itu kalo pola pikir pengantennya sih, kalo orang tua sebagai pemangku hajat dan pemangku dana sih tetep katering nomor satu hehe.. kembali ke topik: banyak-banyaklah cari referensi tentang vendor dokumentasi. Pencarian vendor bisa berdasar lokasi (cari vendor yg berasal dari kota tertentu) atau bisa jg berdasar taste (lokasinya bisa mana aja). Surveynya bisa dengan masuk ke tiap studio foto satu per satu, survey via Facebook, Google, Instagram, dll, datang ke Wedding Expo, survey ke temen atau kerabat yang habis nikah, atau cara apapun lah..
2. Sort them. Setelah survey dan udah ngumpulin segepok brosur, sekarang tinggal disortir. Penyortiran bisa dilakukan berdasar budget (duit lagii, duit lagii..) atau berdasarkan taste. Aku sendiri di awal sudah mematok kisaran alokasi dana. Tapi aku dan Mojo juga sudah punya beberapa kriteria yang akan aku sebutkan kemudian.
3. Selalu lihat hasil cetak vendor fotografi. Jika sudah ada beberapa yang diminati, jangan malas untuk melihat hasil cetak mereka. Hasil digital yang dilihat di web maupun Facebook tidak selalu sama bagusnya dengan hasil cetak. Apalagi kalau yang pake edit-edit latar dan efek aneh-aneh(biasanya di foto pre wedding ). Sekalian bisa dilihat kualitas cetakan. Tanyakan juga berapa hasil cetak yang akan kita dapatkan. Jenis album yang berbeda dan ukuran yang berbeda bisa bikin harga paketan berubah banget.
4. Lihat isi albumnya. Setelah melihat secara fisik hasil cetaknya, amati contentnya. Pada dasarnya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, alur dokumentasi upacara. Namanya saja dokumentasi, tentunya saat melihat album kita jadi seperti membaca buku cerita. Ada alur dan kronologi ceritanya. Bagaimana awal mula siraman, midodareni, hingga panggih, dst. Foto-fotonya menunjukkan jalan cerita yang runtut. Kedua, perhatikan foto keluarga. Pada saat resepsi tentu ada sesi foto keluarga maupun tamu bersama mempelai di pelaminan. Perhatikan keserasian dan posisinya. Apakah si pakdhe kurang miring ke kanan, si tante merem matanya, sepupu A matanya red-eye, dan hal-hal lain yang menggangu estetika foto keluarga tersebut. Yang terakhir kaitannya dengan "mengabadikan keindahan". Apakah orang tua yang terlihat bahagia, pengantin yang cantik, upacara yang khidmat, dan dekorasi yang megah bisa "terlihat" di dokumentasi tersebut.
5. Cari tahu reputasi vendor. Reputasi ini bisa dalam hal apapun, tergantung masing-masing orang. Bisa jadi berkaitan dengan deadline hasil jadi, jumlah SDM, kualitas hasil, dll. Aku pernah mengurungkan niat untuk mengambil sebuah vendor fotografi, karena dengar cerita sang vendor tiba-tiba ngga sanggup trus diganti dengan "temannya".
Itu beberapa pertimbanganku dalam memilih vendor fotografi. Untuk videografi sendiri aku ngga terlalu rewel, jadi ngga terlalu ngoyo banget carinya. Cukup paketan dari foto aja hehe..
That's all.. semoga bermanfaat bagi teman-teman capeng yang sedang berburu vendor dokumentasi o∩_∩o
Senin, 10 Juni 2013
Vendor Katering: Budget vs Rasa vs Tampilan
Jumat, 24 Mei 2013
Resepsi Piring Terbang
Tanggal 22 Mei yang lalu keluargaku diundang oleh salah seorang famili kami untuk sebuah syukuran pernikahan anak lelakinya. Pesta resepsi untuk anak lelaki bagi orang Jawa biasa disebut Ngunduh Mantu. Acara tersebut diadakan dengan maksud memboyong sang pengantin wanita untuk diperkenalkan kepada lingkungan keluarga pengantin pria.
Acara ngunduh mantu kali ini diadakan di daerah..... hmm.. daerah itu tuh.. hmm mana sih ya? Hahaha.. entahlah. Pokoknya arah mau ke Tawangmangu. Kalau Tawangmangu tau dong ya.. Tempat wisata yang terkenal akan air terjun yang bernama Grojogan Sewu (Air Terjun Seribu). Lokasinya terletak di lereng Gunung Lawu, sebuah gunung berapi di dekat perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebetulan kakak sepupunya papaku ini, yang merupakan si empunya hajat, memiliki sebuah rumah makan dan pemancingan di daerah itu, maka acara ngunduh mantu dilaksanakan di rumah makannya tersebut.
Sebenarnya yang jadi inti ceritaku bukan tempat ataupun pengantinnya, namun jamuannya. Seperti yang kita tahu, jaman dulu waktu kita (oke, bukan kita tapi saya) masih kecil, jika diajak pergi resepsi oleh orangtua maka akan terbayang suatu rangkaian acara yang setidaknya akan memakan waktu 2-3 jam. Semua orang akan duduk dan mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir. Namun di lingkunganku hal itu kini sudah jarang kutemui. Jika ada undangan pernikahan, maka tentu yang terbayang adalah sebuah jamuan pesta berdiri atau standing party yang tamu hadir "hanya" untuk bersalaman dengan pengantin, makan, lalu pulang. Bahkan tidak jarang dandan dan persiapanku sebelum berangkat akan memakan waktu lebih lama dibanding waktuku di pesta tersebut.
Hadir di pesta tanggal 22 lalu tersebut mengingatkanku pada kebiasaan masyarakat di sekitarku yang kini berubah. Pada pesta itu disediakan begitu banyak kursi yang berjajar rapi dan sebuah meja yang sudah tersusun beberapa gelas teh di setiap baris kursinya. Pada pesta ini semua tamu duduk sambil mendengarkan lagu-lagu campursari klasik yang terlantun merdu dari dua orang penyanyi sembari menunggu acara dimulai.
Acara dimulai setelah pengantin dan keluarga pengantin wanita tiba. Sang pranata cara alias MC bicara banyak sekali dalam bahasa Jawa, namun hampir sebagian besar kata-katanya tidak bisa kupahami. Bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa EYD yang tentunya jarang digunakan untuk percakapan sehari-hari. (suatu excuse bagi seorang Jawa yang ga paham bahasanya hehe)
Setelah runtutan kata-kata yang tidak kupahami itu selesai, para biduanita kembali melantunkan tembang campursari dan beberapa lagu masa kini yang populer. Kemudian ada belasan pemuda berseragam batik berdiri di beberapa titik yang tersebar di gang antara kursi tamu. Tak lama berselang datang beberapa pemuda lain, yang juga berseragam batik yang sama, keluar membawa sebuah nampan besar dengan beberapa piring berisi sup. Pemuda ini kemudian menghampiri pemuda yang sudah stand by di beberapa titik tersebut untuk membagikan piring yang berisi sup tadi kepada para tamu. Supnya berisi daging giling, kacang polong, wortel, dan jamur tiram yang dibungkus dengan telur dadar. Cantik. Kemudian tidak lama kemudian datang hidangan selanjutnya yang dibagikan dengan cara yang sama. Hidangan ini berupa nasi putih yang dicetak berbentuk bunga di tengah, dan ada beberapa macam lauk di sekelilingnya. Lauknya adalah sambal goreng telur, bola-bola daging dimasak terik , udang goreng tepung, tumisan sayur, acar, dan kerupuk. Oiya, ada satu cup es puter rasa coklat sebagai dessertnya.
So? Kenapa dengan pesta itu? Ada yang penting? Iya, tentu saja. Pada acara resepsi itu aku merasa sangat menikmati setiap prosesi acaranya. Dibandingkan saat menghadiri suatu pesta berdiri, aku merasa lebih terlibat dan lebih merasa ikut berbahagia saat mengikuti setiap rangkaian acaranya. Belum lagi perasaan terasanjung karena dilayani saat menikmati jamuannya, baik itu round table maupun ramesan seperti saat itu. Sampai-sampai aku berbisik pada adekku "Wah, kalau kondangannya seperti ini berasa banget. Ngga sekedar numpang lewat doang hehe..".
Satu lagi hal yang menarik, pesta macam ini selalu kutemui saat menghadiri pesta pernikahan di Sragen, Karanganyar, dan sekitarnya. Baik itu acara sederhana di rumah, di masjid, maupun pesta mewah dengan jumlah tamu cukup banyak di gedung. Sedangkan beberapa puluh kilo dari tempat itu, acara resepsi macam itu sudah tidak populer lagi, berganti dengan pesta berdiri. Menarik, kan?
Kuliner Solo: Sego Liwet Bu Wongso Lemu
Solo atau juga dikenal dengan nama Surakarta merupakan salah satu kota yang terletak di Jawa Tengah. Kota ini tergolong istimewa karena banyak hal. Diantaranya karena kota ini merupakan pusat dari wilayah Keraton Surakarta, salah satu kerajaan yang masih eksis di Indonesia hingga kini selain Yogyakarta. Sebagai pusat kebudayaan, tentu banyak hasil budaya -budidaya- atau kreasi manusia yang menarik di Solo, termasuk kuliner.
Solo terkenal dengan begitu banyaknya kuliner yang menggugah selera dan tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Sebut saja nasi timlo, nasi liwet, serabi, tengkleng, dll. Untuk kali ini, menu yang akan aku review adalah Sego Liwet atau nasi liwet.
Untuk yang pernah ke Solo pastilah tidak asing dengan nama Bu Wongso Lemu. Nama itu adalah "merk" yang paling populer saat menyebutkan kata sego liwet Solo. Lokasinya tidak sulit dicari karena ada di dekat Jl.Slamet Riyadi yang merupakan ruas jalan yang paling mudah ditemukan bagi pelancong. Tepatnya berada di daerah Keprabon. Di ruas jalan tersebut akan ditemui sederet warung sego liwet Bu Wongso Lemu. Sederet? Ya. Memang ada banyak warung sego liwet Bu Wongso Lemu ini. Trus mana yang asli? Hehe entahlah.. mungkin asli semua. Kalau yang enak? Hmm.. kayanya sih enak semua. Hehe.. Soalnya pernah nyoba ke dua warung yang berbeda (tapi sama-sama Bu Wongso) dan enak semua.
Warung Sego Liwet Bu Wongso Lemu yang aku kunjungi kali ini adalah warung pertama di ruas jalan tersebut. Tempat duduknya bisa pilih mau di lesehan atau di bangku panjang dekat display makanannya. Oiya, warung sego liwet ini hanya buka pukul 16.00-2.00 ya.. jadi kalau siang belum buka.
Mungkin ada yang belum tahu, apa sih nasi liwet itu? CMIIW,sebenarnya nasi liwet menunjukkan cara memasak nasinya. Kalau jaman sekarang masak nasi tinggal tekan tombol "cook" di penanak nasi listrik, nah jaman dulu nasi dimasak dengan beberapa cara yang berbeda. Salah satu teknik memasak nasi tradisional adalah dengan cara liwet ini. Cara yang lain yaitu aron dan tim. Ngliwet adalah teknik memasak beras agar menjadi nasi dengan menggunakan ketel atau panci. Beras langsung dimasak di panci yang berisi air tersebut. Saat hampir matang, nasi diaduk agar matangnya rata. Cara memasak ini biasanya banyak menghasilkan kerak di dasar panci. Cara masak dengan liwet ini punya karakter yang berbeda dengan cara memasak nasi yang lain. Karena dimasak dengan api langsung (teknik lain harus menggunakan 2 panci sehingga panci berisi beras tidak terkena api secara langsung), maka tidak bisa sembarangan baik ukuran api maupun jenis beras. Api yang digunakan adalah api sedang, tidak boleh terlalu besar karena akan menyebabkan gosong atau banyak kerak di dasar panci. Jenis beraspun biasanya beras berkualitas bagus karena proses memasaknya hanya sekali, tidak dikukus lagi seperti pada teknik lain, sehingga nasi yang dihasilkan pulen.
Nah, untuk nasi liwet khas Solo ini, nasi putih tersebut disajikan bersama sayur jipang/labu siam yang diiris seukuran korek api, suwiran ayam, dan terakhir, topping kepala santan yang disebut areh. Untuk tambahannya bisa pilih hati ampela, telur, atau potongan daging ayam. Mengenai penyajiannya sendiri menggunakan daun pisang yang dilipat sedemikian rupa dan ditusuk dengan lidi atau istilahnya pincuk.
Untuk satu porsi nasi liwet Bu Wongso Lemu ini kurang lebih 11ribu, jika ada tambahan lain seperti telur, daging ayam, dll jadi 15-20ribuan. Untuk minumannya selain yang standar ada wedang kacang, wedang ronde, dll. Wedang kacangnya enak, hanya saja karena kacangnya kurang empuk jadinya aku kurang suka.
Place: 7 . Warung sederhana dan bersih, termasuk toiletnya.
Food: 8 enak, terutama nasinya pulen banget
Price: 8 MURCE!! Love it!
Jelas ke sana lagi dong.. tempat wajib kunjung kalau ke Solo nih.
Rabu, 22 Mei 2013
Soto Tauto Pekalongan
Seminggu yang lalu kami: aku, mama, Rintintin dan pacarnya, Kiky ke Pekalongan. Niat utamanya sih ngantar mama ada perlu ketemu sama supplier, tapi berhubung sudah sampai sana jauh-jauh rasanya rugi kalau ngga mampir ke Pasar Sentono. Sebelum hunting batik, kami mampir makan di warung Soto Tauto di sisi depan Pasar Sentono.
Soto Tauto adalah makanan khas Pekalongan. Yang unik dari soto ini adalah menggunakan tauco pada kuahnya. Tauco adalah semacam saus yang dibuat dari kedelai. Isi sotonya ada soun, daging (bisa pilih ayam atau daging sapi), dan irisan daun bawang buaanyak *o(^^o)horee..daun bawangnya banyak(o^^)o* . Soto tauto dimakan bersama lontong atau nasi putih. Untuk rasa? Jelas sesuai namanya, rasa khas tauco sangat mendominasi. Rasa tauco itu sedikit masam dengan aroma yang cukup kuat.
Rasa: 7 / ada rasa tauconya bikin khas
Harga: 6 / standar soto turis lah, 15rb ama minum
Tempat: 6 / warung sederhana yang cukup bersih
Selasa, 07 Mei 2013
Vendor Paes Manten
Jumat, 19 April 2013
Wedding Venue di Magelang
Selasa, 26 Maret 2013
Kuliner Jogja: Soto Djiancuk
Nama warungnya adalah Soto Djiancuk. Eitts.. jangan marah dulu, bukan maksudku mau mengumpat ya (jancuk: salah satu jenis umpatan dalam bahasa Jawa). Memang nama warung soto yang berlokasi di dekat PUKJ/kampus PGRI ini adalah Soto Djiancuk. Nama yang cukup catchy hehe.. Lokasinya cukup mudah ditemukan. Dari arah kampus univ PGRI lurus saja terus ke arah barat. Nanti akan terlihat sebuah printed banner lumayan besar yang ditempelkan di sebuah papan besar berbentuk lingkaran.
Gerombolan Lebay |
Muka-muka orang kelaperan |
Tadaaa.. ini dia sotonya |
Untuk harganya aku ga tau, soalnya kemaren ditraktirin sih hehehe.. kayanya sih sekitar 10ribuan. Standar lah untuk harga soto enak dengan mangkuk kecil.
Price : 6 / standar soto jogja
Food : 7.5 / enak
Balik lagi? Yep. Dan rame2 sama temen2.
Sabtu, 09 Maret 2013
The Proposal
Back to topic, lamaran. Sebagai anak pertama, keluarga kami ngga punya pengalaman punya gawe. Hal itu tentu bikin kami rada kalang kabut. Apalagi eyang putri dari papa yang biasanya dimintai wejangan sama mama sudah meninggal, jadi bener-bener have no clue. Thanks to google dan semua wanita yang berbaik hati berbagi pengalamannya melalui blog. Kalian sudah menabung amal jariyah dengan berbagi ilmu yang bermanfaat hehehe.. Karena itulah saya bertekad melakukan hal yang sama dengan harapan dapat membantu saudariku sesama wanita khususnya yang tinggal di Kota Magelang. Lamaran kami sifatnya tertutup, hanya keluarga inti dan sesepuh saja, bukan lamaran yang meriah dengan mengundang banyak saudara. Dari pihak kekasihku ada orang tua (ya iya lahhhh..) , kakak-kakaknya plus ponakan, pakdhenya selaku perwakilan, 3 orang kerabat lain plus mas fotografer (err lupa namanya). Sedangkan dari pihak kami semula akan mengundang keluarga lebih banyak karena kami tinggal di perkampungan yang isinya sodara semua. Tapi kemudian kami memutuskan untuk memangkas eh mengurangi jumlah saudara yang diminta hadir ke acara tersebut. Akhirnya dari pihak saya adalah papa mama, adik-adik saya yang ganteng dan berdarah dingin (gak penting, abaikan), pakdhe nya mama selaku perwakilan kami plus istrinya ya.., om+tante dari pihak papa, eyang dari mama, dan satu-satunya tetangga kami (rumah kami cukup mewah-mepet sawah- yang jauh dr pemukiman lain). Oh iya @indahmuslima dan @lalalilinda , kedua teman terbaikku juga hadir dan jadi seksi sibuk hehehe.. thanks ya Candies..
Meskipun acaranya bukan acara lamaran yang besar-besaran, tapi cukup bikin kalang kabut. Dua katering langganan kami sudah full untuk pemesanan hari itu. Sedangkan katering langganan kami yang lain tidak menerima pemesanan kurang dari 50 porsi. Akhirnya salah seorang saudara menyarankan untuk pesan ke restoran Larashati. Restoran ini menyediakan chinese food dan memang langganan kami. Koko ownernya ramah sekali dan sangat membantu saat kami akan menentukan menu plus jumlahnya. Sayangnya restoran ini tidak melayani pesan antar, sehingga kami harus mengambil sendiri (jarak dari rumah sekitar 7 kiloan). Restoran Larashati ini terletak di daerah Bayeman, kira2 tidak sampai 100 meter setelah trafficlight. Lazimnya saat lamaran, pihak pria akan membawa buah tangan berupa makanan khas daerahnya, dan pihak wanita pun juga melakukan hal yang sama. Karena di Magelang khasnya adalah getuk, maka udah bisa dipastikan getuk harus ada di bingkisan itu. Kami pesan di Getuk Eco satu boks besar berisi beberapa boks kecil. Getuk Eco ini menurut kami rasanya paling enak dibanding merk lain. Selain itu kami juga menambahkan tape ketan yang juga dibeli di tokonya Getuk Eco. Lokasinya daerah Jambon. masuk ke jalan sebrangnya SD Tarakanita. Ntar ada plangnya kok. Nama jalannya entahlah :p aku terlalu malas untuk nyari nama alamatnya. Buah tangan terakhir kami menambahkan wajik. Untuk wajik kami membeli di Wajik Salaman. Memang tidak sebeken wajik Ny Week, tapi rasanya jauuhhhh banget. Wajik Salaman ini sangat mempertahankan kualitas dan rasa, juga tidak pakai pengawet. Gulanya pun pakai gula asli, bukan pemanis buatan. Teksturnya lembut dan ngga eneg. Kekurangannya? Jelas ngga seawet wajik Week, lebih tinggi harganya dan ketersediaannya ngga semudah wajik Week. Wajik Salaman hanya tersedia di toko mereka di selatannya pasar Salaman. Persiapan selanjutnya setelah konsumsi adalah ruangan. Karena total yang hadir sekitar 20an orang, kami tidak menggunakan tenda cukup di ruang tamu saja. Rencananya sih settingnya mau kursinya berjajar 2-3 deret dan berhadapan antara keluarga tamu dan tuan rumah. Tapi beberapa tempat persewaan yang kami datangi full semua (pada punya gawe barengan atau memang persewaan alat pesta di magelang masih kurang ya?). Akhirnya kami pakai set roundtable, meja bulat dan kursi VIP yang mengelilingi meja. Persiapan selanjutnya adalah cari MC. Kebetulan keluarga kekasihku dari Jogja yang tinggalnya di deket-deket kauman- jadi ya lumayan njawani gt. Maka dari itu kami minta tolong pranata cara langganan keluarga kami di desa sini yang bahasa Jawanya sip jos mantaptos. Untuk jalannya acara, keluarga kekasihku tiba di rumah sekitar pukul 10, sesuai dengan yang direncanakan. Keluarga mereka kompakan dengan baju tone ungu-fuschia. Sedangkan kekasihku dan aku kembaran pake warna cokelat muda. Aku pake kebaya encim dan jarik. Makeup cukup dandan sendiri (maklum banci lenong) dan hairdo simpel. Sedangkan kekasihku pake jas dengan model high neck collar.
Kompakan pake warna coklat |
Mbak-Mbaknya Kekasihku kompakan pake gamis Ungu, so pretty <3 td="">3> |
Mojo dan Keluarganya |
MbahDhe Couples, Aku, dan Mama-Papa |